Tidak Menang Olimpiade - Blog Pribadi Kiara

Tidak Menang Olimpiade

Tidak Menang Olimpiade

Hari Minggu, tanggal 2 Februari 2025, aku mengikuti Olimpiade Mata Pelajaran di SMP Unggulan Amanatul Ummah. Olimpiade ini khusus kelas 6 SD. Mata pelajarannya terdiri atas bahasa Indonesia, matematika, bahasa Inggris, IPA, dan moral budi pekerti. Jauh hari sebelumnya, aku telah mempersiapkan diri untuk olimpiade itu. Teman-temanku juga belajar bersamaku. Aku khawatir soal-soalnya terlalu sulit sehingga aku tidak bisa menjawabnya.

Hari Minggu itu, sehabis shalat Subuh, aku sarapan di rumah. Bundaku bilang pukul 05:00 sudah harus tiba di sana untuk registrasi. Aku cepat-cepat menghabiskan sarapanku, lalu mandi dengan air hangat. Kemudian, aku melaksanakan shalat Hajat, tujuannya supaya hajat (keinginan) kita dikabulkan oleh Allah SWT. Setelah shalat Hajat, aku mempersiapkan tasku dan aku berangkat ke SMP Unggulan Amanatul Ummah ditemani bundaku. Untungnya, sekolah itu dekat dengan rumahku, jadi kami tidak perlu naik kendaraan untuk ke sana.

Tiba di sana, ternyata masih sepi. Yang datang hanya aku dan beberapa siswa dari sekolah lain. Aku hanya menunggu di luar sekolah. Sambil menunggu, aku menyaksikan beberapa orang yang menyiapkan konsumsi bagi para pesertanya. Aku juga memikirkan bagaimana caranya bisa menang melawan ribuan anak dari sekolah lain di Jawa Timur. Aku mendadak merasa takut untuk mengikuti olimpiade ini. Mungkin saja aku kalah dan memalukan sekolahku. Lalu... ah, aku terlalu berpikir yang tidak-tidak. Aku harus bisa mengalahkan semua anak di Jawa Timur!

Sayangnya, peluang untuk menang itu hanya 1:1000. Tak mungkin aku bisa menang bila harus bersaing dengan seluruh anak dari sekolah di Jawa Timur. Aku tak bisa berpikir lagi. Otakku buntu. Aku hanya berharap semoga nilaiku tidak memalukan bagi sekolahku.

Dua temanku, Dwi dan Setya, akhirnya datang. Aku senang, dan aku pun tidak terlalu risau lagi. Kami mengobrol bersama-sama sambil berdiri, menunggu teman yang lain. Setelah semua anak berkumpul dan memadati jalan raya, kami pun masuk ke dalam SMP Amanatul Ummah.

Kami duduk di atas karpet plastik yang telah digelarkan. Kami diberi kantong plastik hitam untuk memasukkan sepatu kami ke dalamnya dan supaya tidak tertukar. Setelah semuanya berkumpul, ada sambutan dari pengasuh SMP Unggulan Amanatul Ummah. Ada juga penampilan Tari Saman dan shalawat-shalawat dari Ekstrakulikuler Banjari. Orang yang membuat soal juga maju ke panggung untuk menyampaikan cara menjawab di Lembar Jawab Komputer (LJK).

Setelah diberi pengarahan secukupnya, semua anak pergi ke ruang masing-masing untuk mengerjakan soal. Aku kebagian ruang nomor 29. Aku bertanya kepada anggota OSIS, di manakah ruang 29. Kakak anggota OSIS memberitahukan jalan kepadaku sampai aku tiba di ruang nomor 29.

Sebelum waktu mengerjakan tiba, ada anggota OSIS yang membagi-bagikan konsumsi berupa roti dan air mineral. Semua anak juga mendapatkan brosur berupa pendaftaran ke SMP Unggulan Amanatul Ummah. Sambil menunggu waktu pengerjaan, aku memakan roti yang tersedia. Aku juga membuat soal-soal latihan matematika pada kertas coret-coretan milikku.

Waktu pengerjaan soal pun tiba. Pertama, aku melihat-lihat kertas soal dan juga mengasah pensilku. Aku mulai menjawab soal bahasa Indonesia. Aku menghitamkan lingkaran berisi kode A, B, C, atau D untuk jawaban yang kupilih. Aku berusaha agar arsirannya tidak keluar dari lingkaran supaya bisa terdeteksi oleh komputer. Sayangnya, soal matematika dan IPA sangatlah sulit. Banyak sekali nomor yang kukosongi karena aku tidak tahu jawabannya. Daripada menjawab asal lalu nilainya dikurangi 1, lebih baik tidak menjawab tapi nilainya 0.



Setelah dua jam mengerjakan, semua anak kembali ke bawah untuk menonton pentas seni. Kami telah mendapatkan konsumsi berupa nasi kotak. Sambil makan, aku menikmati pertunjukan yang ada.

Tibalah pengumuman peringkat 100 besar. Aku bersiap mendapatkan hadiah. Ternyata, tak ada namaku. Hanya Dea, temanku yang berbeda kelas, yang mendapatkan sertifikat dan uang. Entah dia peringkat berapa. Kebanyakan yang berada di peringkat 100 besar adalah anak-anak dari SD Al-Falah Assalam. Ada juga yang dari sekolah di Lumajang, Bangkalan, Sidoarjo, dan lain-lain.

Tibalah waktunya pengumuman juara harapan 1, 2, dan 3, lalu juara 1, 2, dan 3. Aku berdoa dalam hati, berharap mendapatkan salah satu gelar juara.

Kalian tahu apa yang terjadi? Ternyata aku TIDAK menang. Juara 1 diperoleh oleh siswa sekolah dari Kediri. Aku mendesah kecewa, lantas pulang ke rumah.



Walaupun tidak menang, aku tidak menangis. Masih ada satu olimpiade yang harus kuikuti, yaitu olimpiade agama Islam. Aku berharap olimpiade agama nanti dia semengecewakan olimpiade ini. Entah peringkat berapa aku di olimpiade mata pelajaran ini.

Please write your comments