Suatu hari, Bu Eni, wali kelas satu, menelepon bunda untuk memberitahu bahwa Pak Warta akan pensiun dan akan ada acara perpisahan di sekolah. Aku ditunjuk sebagai salah satu pengisi acaranya, yaitu membaca puisi.
Bunda dan ayah segera menulis puisi untuk kubacakan. Karena puisinya ditujukan khususnya untuk Pak Warta yang akan pensiun dan Bu Theresia, wali kelas enam, yang akan pindah tempat mengajar, maka puisiku harus tentang terima kasih kepada guru.
Setelah bunda dan ayah selesai menulis puisinya, aku pun membaca puisi tersebut dan mempelajarinya. Setelah itu aku berlatih membaca puisi. Sebelumnya, aku sudah sering membaca puisi. Tapi lagi-lagi menurut bunda, aku kurang ekspresif, kurang menjiwai. Ternyata, membaca puisi itu tidak mudah. Apalagi kalau puisinya berkesan sedih. Aku terus berlatih. Selain kurang ekspresif, aku juga membacanya terlalu cepat. Aduuuh... Benar-benar sulit!
Hari yang dinantikan pun tiba, tepatnya tanggal 4 Desember. Aku memakai seragam batik ke sekolah. Bunda juga ikut karena diundang. Sekalian menemani dan mendokumentasikanku. Hehehe.
Semua guru memakai baju biru. Bu Eni, Bu Mufa, semua tampak sibuk mempersiapkan acaranya. Sebenarnya, acaranya sederhana sekali karena masih pandemi. Pihak sekolah hanya memakai dua kelas yang sekatnya dibuka. Tidak ada panggung. Para pengisi acara tampil di depan kelas. Guru-guru juga menempati kursi dan meja yang diletakkan di kanan dan kiri panggung. Sedangkan para tamu duduk menghadap bagian depan kelas. Jadi mirip kegiatan belajar sekolah, sih.
Acara dimulai pukul delapan lebih. Oh, ya, tamu undangannya terbatas. Mereka yang tidak diundang, menyaksikan acara ini secara virtual. Acara diawali dengan tarian Remo oleh kelas enam. Setelah itu dilanjutkan dengan pembukaan, doa, sambutan-sambutan, dan hiburan. Ada paduan suara, pembacaan puisi, gerak dan lagu.
Ketika giliranku tampil, perasaanku agak gugup. Aku takut lupa puisinya. Alhamdulillah lancar walaupun aku kurang ekspresif.
Acara terus berlanjut sampai pukul sepuluh. Menjelang akhir acara, kelas enam menampilkan gerak dan lagu Guruku Tersayang. Menjelang akhir lagu, mereka mengambil beberapa kuntum bunga lalu memberikannya ke para guru.
Di akhir acara setelah doa, para guru menyanyikan lagu Kemesraan. Aku dan para pengisi acara diajak ikut bernyanyi walaupun tidak hafal syairnya. Yang penting, sih, kami bersama-sama dan berfoto.
Acara yang cukup berkesan. Dan ini adalah terakhir kalinya aku bertemu Pak Warta. Sayang sekali! Pak Warta, kan, baru mengajar di kelas tiga tahun ini selama hampir satu semester. Itu pun secara virtual.
Tapi begitulah, ada waktu untuk bertemu, ada juga waktu untuk berpisah. Terima kasih atas didikannya, Pak Warta. Semoga kita bisa bertemu lagi.
Salam sehat!