Banyak di antara kalian tertarik membaca buku, baik itu novel maupun cerita anak-anak. Di dunia ini kadang kita tidak bisa terlepas dari yang namanya cerita. Serangkaian tulisan yang digabung membentuk suatu hiburan, itulah cerita.
Pernahkah kalian menulis cerita atau menerbitkan buku? Kalau aku, sih, belum pernah menerbitkan sebuah buku. Paling-paling hanya menulis cerita, yang kadang-kadang belum diakui berhasil mengubah pembaca. Kita sadar, menulis cerita itu kelihatannya gampang dari sisi luar, namun saat berada di sisi dalam, mulailah banyak kesalahan dan tantangan yang menimpa kita.
Biasanya aku membuat cerita hanya untuk hiburan, atau disum-bangkan ke kanal YouTube. Biarpun hanya ke tetangga sebelah, itu tidak masalah. Namun, aku belum berhasil membuat sebuah cerita, bahkan bila itu cerpen. Malah yang ada makin banyak aku membuat cerita, makin banyak kesalahan yang didapatkan.
Contoh salah satu kesalahanku saat membuat cerita yaitu ketika aku hendak membuat cerpen, biasanya aku mengutamakan judul-nya dulu. Setelah membuat judul, bukannya membuat kerangka dulu, aku malah langsung membuat cerita. Dan ceritanya kacau, tidak sesuai dengan alurnya. Saat itu aku masih kelas 2 SD. Yang terpikir olehku saat itu hanyalah membuat cerpen lalu dikirimkan ke semua media, termasuk Instagram, YouTube, dan lain-lain. Alhasil yang kudapatkan malah ceritanya tidak sesuai alur yang diinginkan, plotnya tidak teratur, dan tokoh-tokohnya diberi begitu banyak kemudahan sehingga kesannya kurang menantang.
Karena terlalu banyak membaca buku novel, jadinya cerpen aku semuanya kebanyakan meniru novel milik orang lain yang sudah terbit. Setelah ditumpuk menjadi beberapa cerita, aku pikir tugasku sudah selesai, makanya langsung kuserahkan ke orangtuaku. Saat itu aku sudah membayangkan ceritaku akan terbit dan dikagumi banyak pembaca. Namun, aku malah mendapatkan kritikan tajam dari orangtuaku, tentang plotnya yang tidak sesuai ekspektasi, plagiat, dan lain sebagainya.
Kemudian aku mencoba menulis cerita lagi. Kali ini agak sedikit berbeda dari beberapa novel yang kubaca. Aku menulis ceritanya sesuai dengan imajinasiku. Namun tetap saja belum diterima, karena alurnya masih kacau, walaupun sudah dibilang lumayan dari sebelumnya.
Aku bingung, apa yang harus aku lakukan. Menulis cerita lagi, tidak mungkin karena pasti ditolak. Tapi kalau aku berhenti, aku tidak akan bisa menjadi penulis terkenal. Aku pun berhenti menulis untuk sementara, hanya karena aku masih kecil dan tidak boleh terlalu banyak memikirkan itu.
Sekarang, aku sudah kelas 5 SD. Menurutku, aku sudah terlalu besar untuk kembali menulis. Namun kini jarang sekali aku menu-lis cerpen. Karena ayahku sudah membuatkan blog untukku, jadi pilihanku tak lain hanyalah menulis blog. Terkadang aku mem-bantu orangtuaku menulis artikel untuk kanal YouTube kami.
Dan kalaupun aku mau menulis cerita lagi, caranya sudah kuubah. Kalau dulu semua langsung ditulis di handphone, sekarang aku menulis konsep ceritanya dulu di buku tulis kosong. Jika konsep itu sudah tertulis sampai poin-poinnya lengkap, akan kuserahkan terlebih dahulu ke orangtuaku, apakah konsep itu sudah pas atau belum. Jika sudah, maka aku akan merangkai kata-katanya dan menulisnya di handphone.
Nah, ini semua adalah tips dari pengalamanku untuk kalian semua yang masih kecil-kecil dan ingin menulis cerita. Sebelum membuat cerita fiksi, kalian harus menulis cerita fakta dulu (yang bermula dari pengalaman kalian sendiri). Jika sudah mahir merangkai kata dan juga kalimat, bolehlah kalian membuat cerita fiksi. Jangan lupa kalian membuat konsepnya dulu pada selembar kertas, agar nanti tidak bingung lagi saat berada di tengah-tengah cerita.